Menabur Kasih di Suku Anak Dalam Jambi



Menabur Kasih di Suku Anak Dalam


Penyebaran Alkitab ke pelosok-pelosok Jambi
Sebagai putra kelahiran Kota Jambi, sebuah pertanyaan timbul di benak saya ketika diberitahu bahwa Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) akan merealisasikan penyebaran 6.000 Alkitab berikut komik-komik melalui Program Satu Dalam Kasih tahun 2014, ke beberapa lokasi di Provinsi Jambi seperti Tebo, Bungo, Bangko, Merangin, Sarolangun dan Tanjung Jabung Timur. Semasa saya tinggal di Jambi dulu sedikit sekali penduduk Jambi yang menganut agama Kristen dan hanya ada beberapa gereja saja di sana. Ketertarikan saya semakin kuat tatkala melihat daerah sasaran penyebaran Alkitab, di antaranya di lokasi pemukiman Anak Suku Dalam yang tinggal di hutan-hutan belantara Jambi yang hidupnya dari berburu binatang liar, seperti babi hutan, rusa ataupun binatang lain yang dapat dimakan. Mereka selalu berpidah-pindah (nomaden) dari satu lokasi hutan ke lokasi hutan yang lain. Oleh sebab itu saya bersama isteri dengan antusias buru-buru mendaftarkan diri dalam Tim Satu Dalam Kasih LAI, selain didorong rasa kangen pulang kampung juga keingintahuan saya tentang perkembangan umat kristiani di kampung halaman saya yang telah saya tinggalkan sejak tahun 1959.
Perjalanan kami diawali dari daerah Tebo, masuk ke perkebunan karet dan sawit sejauh lebih kurang 22 km dengan lintasan jalan tanah yang sempit dan berliku-liku serta becek. Menghadapi kondisi jalan seperti itu, tim dari Jambi menyiapkan kendaraan bergardan ganda (FWD), agar bisa melintasi medan berat yang berlumpur dan berlobang. Tim SDK berjumlah 10 orang yang terdiri dari Staf LAI bersama beberapa relawan dari berbagai gereja yang dengan sukarela membantu mewujudkan visi LAI, menghadirkan Firman Allah bagi semua orang agar mereka dapat mengerti dan memahami Firman Allah sehingga dapat bertemu dan berinteraksi dengan Allah serta mengalami hidup baru di dalam Krsitus.
Program Satu Dalam Kasih (SDK) merupakan program yang dicanangkan oleh LAI sebagai suatu gerakan penyebaran Alkitab kepada semua orang (terutama umat Kristiani) yang yang belum mampu memiliki Alkitab karena keterbatasan ekonomi dan atau yang berada di daerah-daerah terpencil. Program SDK ini didukung oleh gereja-gereja, lembaga-lembaga Kristiani, sekolah-sekolah dan individu-individu yang terpanggil dan merasa terbeban dalam penyediaan Alkitab untuk saudara-saudara seiman atau mereka-mereka yang membutuhkan. Agar penyebaran Alkitab yang dilakukan LAI tepat sasaran, maka penentuan lokasi didasarkan pada hasil survei bekerjasama dengan gereja-gereja setempat, sehingga diperoleh data yang cukup akurat dalam menyediakan jumlah Alkitab yang diperlukan.
Sebagian besar penerima bantuan Alkitab menyatakan belum pernah memiliki Alkitab. Mereka mendengar Firman Tuhan hanya pada waktu kebaktian Minggu atau bila ada persekutuan-persekutuan wilayah. Dalam satu gereja yang memiliki Alkitab hanya beberapa orang saja. Bukan hal yang mengejutkan, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terbatas menyebabkan mereka lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kalaupun dapat menyisihkan sebagian penghasilan untuk membeli Alkitab, tidak ada toko buku di daerah itu yang menjual Alkitab. Kebanyakan dari mereka membeli Alkitab bila ada teman atau keluarga yang bepergian ke kota-kota besar, seperti Medan. Di Kota Jambi pun tidak tersedia toko buku yang menjual Alkitab. Oleh sebab itulah LAI yang didukung oleh gereja-gereja merasa peduli dan terpanggil untuk membagi-bagikan Alkitab kepada mereka yang belum mampu memilikinya.
Mendatangi lokasi tempat tinggal Suku Anak Dalam (SAD) bukanlah hal yang mudah. Selain tempatnya cukup jauh di pedalaman kondisi jalan yang sempit serta berlumpur di waktu hujan juga cukup menyulitkan. Kami juga mesti didampingi oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena SAD dikenal sebagai komunitas yang masih tertutup. Mereka hidup secara berkelompok di satu lokasi. Sebagian dari mereka sudah memiliki rumah, namun ada pula yang tinggal di tenda-tenda palstik di tengah-tengah kebun karet. Dari empat lokasi yang dikunjungi, disetiap tempat telah ada gereja yang dibangun dan di masing-masing gereja telah ada hamba Tuhan yang melayani. Di daerah SP3 terdapat sebuah gereja yang berdiri sekitar delapan tahun. Gereja ini dilayani seorang pedeta yang berasal dari Suku Anak Dalam sendiri, bernama Pdt. Sani dengan jumlah jemaat sekitar 300 orang yang sudah percaya kepada Kristus. Gereja-gereja di lokasi SAD dibina oleh Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) yang melayani 2 gereja dan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) melayani 2 gereja lainnya.
Jumlah anak-anak usia sekolah cukup banyak namun baru sebagian kecil yang bersekolah, dan saat ini paling tinggi duduk di kelas 4 SD. Sebagian dari mereka yang berusia dewasa masih buta aksara sehingga pada waktu dibagikan Alkitab, mereka meminta untuk diberikan kepada anak-anak saja yang sudah pandai membaca. Anak-anak SAD sudah ikut sekolah minggu dan sudah dapat menyanyikan beberapa lagu rohani dengan bersemangat. Sepintas dilihat secara fisik, mereka sungguh memerlukan pendidikan, tidak saja pendidikan sekolah tetapi juga perlu diperkenalkan dengan pendidikan kebersihan dan kesehatan. Wajah mereka terlihat kuyu dan terlihat seperti kekurangan gizi.
Sewaktu dibagikan Alkitab untuk anak-anak dan komik, mereka sangat gembira dan antusias. Inilah tantangan kita bersama. Tidak saja bagi pemerintah daerah setempat tetapi juga gereja. Kita tidak boleh tinggal diam dan mesti turut berperan untuk mendorong mereka agar mau mengenyam pendidikan, sehingga tidak mengalami kebodohan dan keterbelakangan yang berkelanjutan. Adanya gereja dan hamba-hamba Tuhan yang tinggal bersama mereka kiranya boleh menjadi motor penggerak untuk pengenalan akan Tuhan Yesus Juruselamat, tetapi juga membangkitkan semangat mereka untuk hidup layak dan bermartabat.
Alkitab yang berisi Firman Allah sudah dibagikan kepada mereka, tetapi bila tidak dibaca dan dipahami maka Alkitab hanyalah sebuah buku yang tidak bermakna apa-apa. Seorang ibu guru (isteri Pdt. Levi Peranginangin) yang memberi pelajaran agama Kristen di SD, SMP dan SMA Negeri Kecamatan Hitam Hulu Bangko, menceritakan betapa rindunya anak-anak didiknya untuk memiliki Alkitab. Tidak ada satupun di antara anak didiknya yang memiliki Alkitab sendiri karena di setiap keluarga belum tentu memiliki Alkitab. Melalui program SDK, kini mereka sudah memiliki Alkitab dan mereka telah berkomitmen untuk membaca Alkitab satu pasal setiap hari, pagi, siang dan sore hari mulai kejadian sampai Wahyu. Suatu komitmen yang luar biasa karena kerinduan yang mereka dambakan selama ini bisa terpenuhi. Kini pertanyaan di benak saya sudah terjawab, kabar baik telah tersebar di kampung kelahiran saya, banyak jiwa-jiwa yang sudah diselamatkan. Puji Tuhan !


Asius Rhico A
Redaksi GKSBS Jambi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN TANPA IKATAN

ORANG MUDA SIAP MELAYANI

CIRI-CIRI ORANG YANG MENGANDALKAN TUHAN